Sabtu, 09 Agustus 2014

Sejengkal dengan ajal

Memikirkan hidup dan mati tidak ada ujungnya. Tentang tujuan kita dilahirkan dan bagaimana 'hidup' kita setelah mati. Sebaik-baiknya manusia adalah yang selalu mengingat mati. Jadi, jangan terlalu berbanyak bangga di bumi.

Alkisah, temanku, teman yang aku kenal sejak empat atau lima tahun yang lalu, secara tidak langsung mengingatkanku tentang hal ini, tentang ajal yang mungkin tinggal sejengkal dari mata kita. Memang tidak terlihat ataupun merasakan tanda-tandanya. Sama kaya ujian dan bahagia, ajal itu datangnya tiba-tiba ga bisa direncanain atau bahkan di-request.

Temanku itu adalah Galilei, Aku mengibaratkannya seperti Galileo Galilei seorang ilmuwan sekaligus ahli astronom yang namanya dikenal sejak aku duduk SD sebagai ikon 'burung hantu bertoga yang tahu segalanya' dari sebuah acara ilmu pengetahuan di TV. Kenapa Galilei? Dia seorang wanita yang super cerdas! Mau bahas apa dengannya, science? ekonomi, makro mikro? kesehatan? politik? sosial? masalah negara? agama? percintaan? sampai berita artis dalam dan luar negeri pun diladenin. Ngobrol sama dia dijamin ga akan kehabisan topik bahasan, even pengetahuan yang kita punya cuma sekedar dunia per-kpopan (hehehe...).

Pertengahan tahun lalu, ia memperlihatkan dua jendolan sebesar bola bekel ukuran kecil di leher belakangnya. Aku diperbolehkan memegang dua jendolan itu, rasanya seperti jelly dan bisa berpindah posisi kanan-kiri-atas-bawah. Saat itu aku hanya berpikir itu hanya sekedar bisul atau gondokan yang biasanya ada di anak-anak kecil. Minggu depannya, aku melihat jendolan itu sudah tidak ada lagi di lehernya.

Beberapa bulan yang lalu, di TV heboh mengenai berita Olga yang sedang koma. Aku tidak terlalu suka menonton TV, jadi aku hanya mendengar sekenanya dari tempat aku berada. Sampai suatu hari aku menemukan berita itu menjadi headline suatu portal berita online dengan gambar dua jendolan di leher olga.
Jendolan dengan ciri-ciri yang persis seperti yang aku pernah pegang di leher Galilei.
Artikel tersebut menyebutkan jendolan itu bernama 'kelenjar getah bening' dan penyakitnya bernama 'Kanker Kelenjar Getah Bening'. Memoriku saat itu mengingatkan bahwa Galilei memang sempat beberapa kali mengatakan bahwa ia sedang berada di Rumah Sakit Dharmais. Sebagai anak Perumahsakitan, aku tidak pernah peka untuk menanyakan siapa yang sakit. Aku hanya mengira mungkin ada sesorang yang ia kenal bekerja di rumah sakit tersebut.

Sekitar dua bulan yang lalu, ketika aku sibuk dengan persiapan ujian kompetensiku. Ia masuk ruang ICU. Dan semenjak itu, ICU adalah rumah kedua baginya. Sampai saat ini aku atau dua temanku yang lain tidak pernah tahu dimana ia dirawat. Ia tidak pernah memberi tahu tentang penyakitnya atau tempat dimana ia di rawat. Ia hanya beberapa kali mengirimkan gambar tentang kondisinya atau membalas bahwa sedang berada di Dharmais. Seminggu sebelum Ramadhan, Kami lost contact dengannya. Handphone-nya tidak bisa dihubungi, sampai beberapa hari kemudian aku mendapat SMS dari nomornya. Ternyata yang mengirim SMS adalah Ibunya. Yang meminta doa untuk kesembuhan Galilei sekaligus meminta maaf untuk teman-temannya karena Ia tidak bisa memberi tahu mengenai penyakit dan tempat anaknya di rawat.

Layaknya seorang detektif. Aku coba mengumpulkan informasi yang aku ketahui. Dengan clue berikut: dua jendolan, Olga, Kelenjar getah bening, RS Dharmais. Menurutmu, berdasarkan clue tersebut penyakit apa yang di derita Galilei? Aku mendapat kesimpulanku sendiri dari hasil analisa ke-soktahu-an ku itu dan disetujui oleh kedua temanku.

Selama Ramadhan aku hanya mendapat SMS dengan kata pengantar seperti ini:
"Jis, maaf baru bales baru kuat megang hp" atau "Jis, kenapa? gue baru bangun dari 4 hari yang lalu"
Rasanya sedih banget kalo dia udah ngasih kabar begitu. Tapi Aku tahu Ia tipikal yang tidak suka di kasihani. Biasanya aku balas dengan guyonan dengan misi sekedar mendapat emote nyengir balasannya.
Selama Ramadhan juga Ia sering pasang DP yang aneh-aneh, seperti air warna warni di beberapa kantong plastik. waktu ditanya itu air apa di bilang cuma Jackpot karena habis minum obat. Status aneh juga, "No need shampoo anymore" dan terakhir yang bikin sedih ia memasang DP dan status yang mengingatkan tentang utang. Katanya, "Gue ga mau ah nanti di akhirat pahala gue di ambil buat ngeabayarin utang. Apalagi di ambilnya sama lu". "Pahala gue kan sedikit, gpp lah sedekahin beberapa dari pahala lu" Balasan bercanda dengan keadaan sebenarnya adalah mata yang berkaca-kaca.

Kita sering ngebahas ini. Ngapain sih kita ada di dunia? Buat apa lah culas. Ga ada manfaatnya juga buat nangkis kekuatan Allah. Ga apalah malu di depan manusia. Toh manusia lain ga punya andil apa-apa di kehidupan kita setelah mati. Anggaplah bumi ini sekedar halte, tempat nunggu, berdiri atau duduk sebentar sampai akhirnya kendaraan yang kita tunggu datang mengantar ke tujuan sebenarnya. Sebentarnya itu sebentar banget! Ga pake lama! Kalo waktu nunggunya ga dimanfaatin baik-baik kan sayang banget. Kita tuh doa yang logis aja. Dikasih kesehatan lahir batin. Biar bisa bermanfaat buat orang lain. Biar yang ngiringin kendaraan kita nanti banyaaaak banget. Ada yang berupa doa sampai lambaian tangan sambil tersenyum. Paspampres sih lewat!

Cepat sehat ya...
Jangan sakit lagi...
Kami rindu...
Dear master of 'pikir pakai logika'

Tidak ada komentar: