Suatu hari, tepatnya dihari terakhir berkunjung ke kantor pembimbing materi saya, Pa Agus. Sepanjang perjalanan pulang terlibat obrolan ringan dengan chairmate semasa magang, Fenny. Anggap aja obrolan dua pemimpi yang ga pernah habis bercerita tentang -apa yang harus kita lakukan untuk mencapai mimpi-mimpi kita-
"Jadi, ngapain aja selama liburan fen?" pertanyaan pembuka dari saya yang memecah deruan angin kereta ekonomi kami menuju tanah abang.
"Diem zah. Stuck dirumah. Gue berusaha cari kerjaan apapun, bahkan ngelamar di butik-butik punya temen nyokap gue. Di perpustakaan ajalah gue mau. Ga digaji juga ga apa, yang penting gue baca buku gratis" tentu dengan intonasi dan ekspresi yang kocak ciri khasnya.
"Ke perpus nasional fen, yaa paling orang disana ga bakal nyangka ada anak muda yang rela ga digaji demi baca buku gratis hehehe"
"Iya sih, tapi gue ngapain dong sambil nungguin ekstensi? Jadi ekstensi kan lo zah? Apa? fkm? fe?"
"Belajar. Kalo tujuan utama lo lanjut, lo harus fokus belajar. Jangan kaya gue, andai gue bisa jadi amoeba, gue akan membelah diri sekarang juga. yang satu lanjut kuliah, yang satu kerja. Dengan begitu gue akan hidup bahagia selamanya"
"-_____-"
Tempat pemberhentian terakhir kami tiba. Gemerlap stasiun tanah abang dan bau tanah setelah hujan disana adalah suasana yang paling saya rindukan tiap mengingat masa-masa perjuangan kami menemui Pa Agus. Seperti biasa, kami melanjutkan perjalanan pulang dengan kopaja 502. Dan pembicaraan kami berlanjut disini.
"Kemarin ga ngelamar di salah satu perusahaan yang ada di Thamrin zah? cita-cita kecil lo itu tuh?"
iya, saya pernah cerita ke Fenny, waktu itu ketika kami menghadiri seminar audit internal di Hotel Indonesia. Kendaraan kami melewati gedung-gedung tinggi super mewah didaerah Thamrin yang selalu membuat saya bisu, padahal hampir tiap minggu pagi saya berada di sekitar sana. "Waktu kecil, gue pernah bicara dalam hati kalo gue bakal kerja di salah satu gedung disini Fen, di gatsu juga tuh perusahaan kinclong. Makanya gue selalu seneng ada di daerah ini, berasa udah kenal dari kecil"
Menjawab pertanyaan Fenny tadi, dengan ragu saya katakan "Minder Fen. Gue ngerasa belum siap masuk ke dunia kerja. Tanpa pengalaman dan jenjang pendidikan yang begini gue bener-bener ngerasa belum layak. Tau sendiri gemana kelakuan gue waktu magang"
"Yang cuma bisa bergerak kalo dikasi itungan pajak? hahaha. Apa salahnya nyoba? biar dapet sensasi diwawancara perusahaan kinclong"
Momen percakapan ini kembali teringat setelah saya mendapat kabar bahwa saya diterima bekerja disalah satu perusahaan kinclong di Gatsu ketika saya sudah membuat keputusan mati, ketika saya berhasil memecahkan 50:50 menjadi 100% complete memilih untuk fokus di pendidikan. Keputusan ini baru saja saya ikat mati di awal Ramadhan ini.
Jangan tanya bagaimana perasaan saya. Ibaratkan saja seperti sedang kelaparan didalam labirin. Memilih satu diantara dua jalan untuk mengikuti aroma makanan. Ternyata pilihan berakhir di ikan teri, sedangkan dijalan satu lagi ada ayam bakar. Sama-sama kenyang, tapi akankah lebih baik jika dapat ayam bakar, udah mah kenyang, enak pula. Iya kaya gitu.
Jangan tanya bagaimana perasaan saya. Ibaratkan saja seperti sedang kelaparan didalam labirin. Memilih satu diantara dua jalan untuk mengikuti aroma makanan. Ternyata pilihan berakhir di ikan teri, sedangkan dijalan satu lagi ada ayam bakar. Sama-sama kenyang, tapi akankah lebih baik jika dapat ayam bakar, udah mah kenyang, enak pula. Iya kaya gitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar