Jumat, 01 April 2011

ia tidak akan pernah renta

baru saja mendengar pengalaman pertama bapak menjadi seorang pengusaha
ia bercerita dengan sorot mata yang berbinar,
memaparkan betapa berharganya pengalaman pertama menjadi seorang pemimpin yang mempunyai 5 orang anak buah
usaha keluarga pertama kami yang mengeluarkan modal yang sangat besar

bapak sangat menghargai pendapat masing-masing kepala dilkeluarga ini
karena menurut bapak, ada keridhoan Allah di masing-masing suara kami
setiap bapak ingin mengambil keputusan untuk sesuatu yang berhubungan dengan masa depan kami
maka bapak akan mendiskusikan nya terlebih dahulu, termasuk dengan lulu, bungsu keluarga ini

bapak tidak pernah khawatir untuk mendiskusikan tentang kesulitan ekonomi keluarga ketika ia masih menjalani masa MPP [Masa Persiapan Pensiun]
hari-harinya penuh dengan berpikir merencanakan usaha apa yang cocok untuk ia jalani ketika pensiun nanti
sebenernya, kami [mama dan keempat anak] sedikit ragu dengan setiap usulan bapak menapaki dunia kewirausahaan
walau latar belakang pendidikan bapak adalah seorang perniagaan, tapi selama ini status bapak adalah pegawai.
pegawai yang lebih sering bersosialisasi dengan orang sedarajat yang berada dikantornya
ketika bapak dirumah, bapak sulit bersosialisasi dengan tetangga sekitar. berbicara dengan mereka saja masih dengan bahasa yang intelektual.
nah, dengan alasan itulah kami ragu dengan niat bapak berwirausaha dan masih mengharapkan bapak untuk kembali menjadi pegawai

disaat kesulitan ekonomi dan hangusnya pemikiran keluarga kami
Allah, mengirimkan sebuah harapan manis untuk mama dan kami anak-anaknya, tapi tidak menurut bapak
salah seorang atasan bapak, menawarkan bapak untuk kembali bekerja, mengemban tanggung jawab untuk memajukan sebuah perusahaan milik orang lain
dengan pengajuan posisi sebagai menejer koperasi berikut rincian gaji dan fasilitas sebagaimana yang layak didapatkan oleh seorang menejer koperasi
dalam buruknya keadaan keluarga yang seperti ini, sontak, kami sangat setuju agar bapak menerima tawaran itu
tapi bapak dengan pasti mengatakan tidak dan menjelaskan alasan ketidaksetujuannya itu
satu kata yang membuat kami diam dan percaya sama bapak "pekerjaan itu emang enak, dengan bekerja yang tidak menguras otak dan tenaga sudah mendapat pendapatan yang jauh lebih cukup. tapi yang enak itu belum tentu berkah. bukan itu yang kita cari didunia ini"

seperti itulah bapak, sekarang ia mendapatkan keinginannya
keinginan menjadi seorang wirausaha
semoga Allah selalu memberkahi setiap langkah yang bapak ambil
semoga Allah tidak akan memutuskan rezeki kepada keluarga kami
semoga Allah mengumpulkan kami kembali di Syurga nanti

fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban

Tidak ada komentar: